Ini juga contoh dan bukti bahwa media itu tidak mengenal netralitas. Tidak ada media yang netral, semuanya memihak, khususnya memihak kepada pemiliknya (owner).
Contoh yang dimaksud adalah insiden "keceplosan" tayangan langsung Breaking News TV One, Rabu malam (2/10/2013). Dalam video berdurasi 14 menit yang beredar di media sosial itu, dialog reporter tentang larangan penyebutan Partai Golkar ikut terekam dan terdengar jelas. "Golkar-nya 'gak usah disebut ya," demikian pada menit 8:32.
Kesalahan teknis itu tentunya membuat marah besar sang produser, editor, dan Pemred TV One Karni Ilyas. Lebih marah lagi sang "Big Boss" pemilik TV One, Aburizal Bakrie yang juga Ketua Umum Golkar.
Dalam perspektif kajian media, insiden TV One "Golkar-nya gak usah disebut ya" adalah bukti nyata bahwa tidak ada media yang netral. Semua media massa memihak, yaitu memihak kepada pemiliknya dan itu SAH secara jurnalistik.
TV One milik Aburizal. Aburizal Ketua Umum Golkar. Pastinya dong, tidak boleh ada berita yang menjelekkan Golkar. Sama seperti Metro TV yang diharamkan memberitakan kejelekan Surya Paloh dan Nasdem.
RCTI, MNCTV, dan Global TV juga sekarang dilarang memberitakan hal buruk tentang Harry Tanoe dan Hanura. Soalnya, Harry Tanoe 'kan duet sama bos Hanura, Wiranto, dalam Pilpres 2014.
Anda tidak boleh protes. Jika Anda punya media, pastinya Anda juga melarang media Anda memberitakan hal buruk tentang diri Anda, keluarga Anda, organisasi/kelompok Anda, iya 'kan? Simple saja analoginya. Anda tidak mungkin memberitakan hal yang menjatuhkan citra Anda di blog atau di akun media sosial Anda 'kan...? Wasalam.