Tapi bukan berarti artikel itu bisa dianggap remeh. Membuat artikel yang menarik itu tidak mudah.
Sehingga meskipun sudah menerbitkan banyak artikel di website, tidak satupun mendapatkan perhatian dari orang banyak. Meskipun sudah menerapkan yang namanya SEO.
Inilah masalah utama dari blogger dan para pembuat artikel.
- Sudah capek-capek membuat artikel
- Tidak ada yang berkunjung ke websitenya
- Tidak ada yang membaca sampai selesai
Kalau anda sebagai penulis artikel sering bertanya-tanya mengapa artikel anda tidak pernah dibaca, tidak pernah mendapatkan peringkat yang bagus di Google, inilah panduan yang tepat untuk anda.
Lupakan SEO
Tertipu dengan judul artikel?
Bagi anda yang sudah kenal SEO, pasti pernah dengar bahwa artikel harus dioptimasi untuk mesin pencari supaya mendapatkan peringkat tinggi di Google…betul?
Istilahnya artikel SEO-friendly.
Sayangnya, konsep ini sudah ketinggalan jaman. Yang terjadi justru sebaliknya. Mereka yang mengaplikasikan teknik SEO (jadul) justru gagal, dan mereka yang melupakan SEO ketika menulis artikel justru mendapatkan peringkat tinggi. Gila kan.
Ini karena mereka yang fokus dengan SEO secara tidak sadar malah membuat artikel untuk mesin. Artikel yang tidak menarik dibaca oleh manusia.
Makanya sebagian besar panduan ini akan mengajari cara membuat artikel yang “human-friendly”.
Dulu, yang kita anggap sebagai artikel SEO adalah yang seperti ini:
- Memiliki keyword density sekian persen
- Panjang minimal 300/500 kata
- Bold, underline, italic di setiap keyword
- Keyword di judul, paragraf pertama, paragraf terakhir
- Keyword di meta description
- Menggunakan subheader (h2-h6) yang berisi keyword
Google menggunakan perilaku manusia untuk menentukan peringkat di hasil pencarian.
Maksud saya begini…
Ketika kita membaca artikel, kelihatan jelas bedanya antara yang bagus dan jelek. Artikel yang bagus biasanya dibaca dalam waktu lama, sering direkomendasikan, dan pembaca tidak balik lagi ke Google.
Google bisa menerjemahkan perilaku ini menjadi data.
Itulah yang mereka gunakan untuk menentukan peringkat.
Sudah dapat maksudnya?
Mari kita balik lagi ke 6 aturan jadul di atas…
Anggaplah anda menulis buku.
Apakah menggunakan banyak bold, italic, underline, subheading, dan keyword density tertentu bisa membuat buku anda jadi lebih menarik?
Tidak berpengaruh.
Justru kalau berlebihan malah akan membuat manusia yang membaca artikel anda jadi lebih terganggu. Akibatnya, mereka tidak jadi membaca.
Artikel website juga sama, dinilai oleh manusia. Robot dari Google cuma mengikuti bagaimana perilaku manusia.
Maka dari itu, untuk bisa mendapatkan peringkat tinggi anda harus membuat artikel yang mampu menarik minat baca manusia.
Inilah caranya.
1. Pelajari karakter calon pembaca
Tidak semua topik bacaan memiliki peminat dalam demografi yang sama. Ada yang anak muda, dewasa, mayoritas pria, wanita, dan lain-lain.
Misalnya artikel tentang keuangan mungkin pembacanya mayoritas pria usia 25 ke atas. Sementara artikel mengenai game peminatnya lebih muda.
Repot ya…
…Untuk apa sih memahami karakter pembaca?
Tujuannya supaya anda bisa menyesuaikan isi artikel terutama gaya penulisan dengan karakter pembaca anda. Supaya artikel anda enak dibaca.
Kalau pembaca anda mayoritas anak muda, gunakan bahasa yang lebih santai. Kalau pembaca anda orang tua gunakan bahasa yang lebih formal tetapi jangan membosankan.
Artikel anda tidak akan menarik kalau tidak disesuaikan dengan karakter pembaca.
Kalau website anda berupa blog, anda tidak harus menulis sesuai EYD. Penulisan yang kaku bisa jadi akan membuat artikel anda membosankan.
Untuk mengetahui demografi pembaca website, anda bisa lihat dari beberapa media berikut:
- Google Analytics (Audience > Demographics > Overview)
- Situs komunitas dimana orang-orang yang antusias terhadap niche anda berkumpul
2. Pancing pembaca dengan judul yang menarik
Tahukah anda…kalau ada 100 orang yang mampir ke website anda, 80 orang akan membaca judul. Tapi hanya 20 orang yang akan membaca isi artikelnya.
Itu kalau tidak dioptimasi.
Artinya anda kehilangan potensi yang sangat besar. Coba kita ingat kembali ketika melakukan pencarian di Google. Apa yang membuat kita memilih salah satu website?
Judulnya…ya kan?
Jadi judul yang menarik akan membuat orang berminat untuk membaca.
Selain itu, kalau kita bicara rangking. INI juga salah satu faktor ‘wow’ yang akan membuat peringkat artikel anda di Google tinggi.
Lihat gambar berikut untuk memahami logikanya:
Google akan mengikuti perilaku manusia…
…kalau manusia menganggap artikel kedua lebih baik, maka Google akan menaikkan peringkat artikel tersebut.
Itu logikanya, sekarang kita lihat caranya.
Misalkan kalau anda search di Google dengan kata kunci “cara mengusir lalat”, kemudian di peringkat 1-3 ada artikel berjudul seperti ini:
- 5 Cara Mengusir Lalat
- 5 Cara Praktis untuk Mengusir Lalat dari Rumah dalam 30 Menit
- Tutorial Tips Cara Mengusir Lalat Secara Alami Terbaru Terlengkap
Format penulisan judul seperti nomor 1 terlalu standar, tidak ada faktor yang membuat orang lain tertarik untuk membaca.
Sekarang kita lihat judul kedua:
Ada kata-kata seperti “praktis” dan “dalam 30 menit”. Bandingkan dengan yang pertama, dari judulnya saja kita sudah bisa membayangkan artikel ini lebih menarik.
Kalau judul pertama ibarat makan tahu, judul kedua tahu + kecap.
Manusia yang melakukan pencarian di Google selalu ingin solusi terbaik dan termudah dari permasalahan mereka. Inilah yang harus kita tawarkan.
Karena itulah di judul harus ada “kecapnya”.
Lalu bagaimana dengan judul ketiga?
Judul ketiga adalah korban dari optimasi berlebihan dengan memasukkan kata-kata yang terlihat heboh, padahal justru jadi aneh dibaca. Ini tren yang sering dilakukan blogger Indonesia.
Jangan pernah gunakan judul ke-3. Artikel anda akan jadi terkesan murahan.
Teknik pembuatan judul sangat penting, bahkan karena pentingnya maka saya membuat 1 artikel khusus yang membahas judul. Baca 7 teknik pembuatan judul konten ini.
3. Artikel anda tidak akan dibaca kata-per-kata, lakukan ini untuk mengakali
Artikel di website berbeda dengan buku.
Kalau di buku, mereka memang sedang ingin fokus membaca. Di internet tidak demikian, sehingga mereka tidak akan membaca kata per kata.
Anda pun juga pasti sudah melewati sebagian besar tulisan di atas sebelum sampai ke poin ketiga ini. Ini wajar.
Sebagian besar pembaca melewati sebagian besar tulisan kita, mereka tidak membaca tetapi melakukan scanning atau skimming.
Mengambil poin-poin pentingnya saja.
Pola pembaca ini diberi nama F-shaped pattern karena seperti huruf F.
Jadi mereka melakukan scanning secara vertikal, kemudian ketika menemukan kalimat yang menarik barulah mereka membaca secara horizontal.
Gambar berikut ini didapatkan dari penelitian menggunakan alat pelacak gerakan mata ketika membaca konten di website.
Seperti terlihat dalam gambar, sebagian besar orang hanya membaca lengkap di bagian atas. Semakin ke bawah, semakin sedikit yang mereka baca.
Seperti huruf F.
Ini bertentangan dengan kemauan kita sebagai penulis. Kita ingin supaya mereka membaca selama mungkin.
Alasannya penting:
Semakin lama mereka menghabiskan waktu di website anda, maka akan tercipta “ikatan” yang kuat antara anda dengan pembaca. Sehingga pembaca akan semakin cinta dengan tulisan anda.
Untungnya, ada 2 cara untuk mengakali.
1. Jangan ikuti saran dari guru Bahasa IndonesiaDalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dulu kita disarankan agar 1 paragraf mengandung 4-5 kalimat, tapi ajaran tersebut kurang bagus untuk artikel di internet.
Paragraf yang berisi terlalu banyak tulisan akan membuat mata lelah.
Karena itu sebaiknya maksimal 3-4 baris, dengan panjang horizontal tidak lebih dari 20 kata.
Selain paragraf singkat, anda juga bisa menggunakan subheader untuk memotong atar bagian supaya artikel anda jadi lebih “ringan”.
Lihat gambar ini sebagai perbandingan:
Lebih enak mana, baca yang kiri atau yang kanan?
2. Terapkan inverted-pyramid (piramida terbalik)
Dalam penulisan artikel berita, metode piramida terbalik digunakan oleh jurnalis agar pembaca langsung mengerti apa inti utama dari sebuah berita tersebut.
Sehingga pembaca yang tertarik dengan gambaran besarnya akan melanjutkan membaca.
Teknik ini akan kita manfaatkan.
Bagian atas (depan) artikel harus mengandung gambaran utama dari artikel anda dan alasan mengapa mereka harus membaca artikel tersebut lebih lanjut.
Dengan demikian akan semakin banyak pembaca yang akan melanjutkan membaca sampai akhir.
4. Ikuti format berikut agar tulisan anda terbaca
Entah sudah berapa kali saya tidak jadi membaca artikel yang padahal isinya menarik, tetapi formatnya membuat tidak enak dibaca.
Apa perasaan anda kalau anda harus membaca artikel yang:
- Hurufnya terlalu kecil atau terlalu besar
- Spasi vertikal-nya sempit
- Menggunakan font yang sulit dibaca
Terutama kalau target demografi anda adalah usia 40+ yang penglihatannya sudah menurun.
Saya sering dengar para lansia mengeluh ketika membaca artikel di depan komputer, katanya terlalu kecil dan sulit dibaca.
Jangan menyiksa mereka.
Gunakan font dan ukuran yang mudah untuk dibaca. Font-font seperti Arial, Helvetica, Open Sans, Roboto, Georgia, merupakan font yang umum dipakai di website, gunakan font seperti ini daripada yang tidak umum.
Google Fonts punya koleksi font yang bagus, gratis, dan bisa langsung anda pakai di website.
Kalau bingung, lebih baik tidak usah gunakan font khusus.
Lebih jelasnya:
- Gunakan font yang mudah dibaca atau tidak usah gunakan font khusus kalau anda bingung
- Ukuran antara 14-22px
- Lebar horizontal antara 480-720px
- Line-height antara 1.5-2em
- Margin di bawah paragraf antara 1.5-2em
5. Tingkatkan kualitas dan bobot isi artikel anda
Inilah faktor utama dalam keberhasilan membuat artikel.
Semakin berbobot artikel anda, maka pembaca semakin puas, dan semakin banyak yang akan merekomendasikan artikel anda kepada orang lain.
Ingat tadi…pembaca puas = mesin pencari puas.
Untuk membuat artikel berbobot yang bisa memuaskan pembaca anda harus melakukan riset. Tapi masalahnya ini,
Artikel yang berbobot hanya bisa dibuat oleh penulis yang paham betul mengenai topiknya.
Anda tidak akan bisa menciptakan artikel yang berbobot tanpa mengerti apa yang dibahas dan hanya bermodal contek sana contek sini.
Solusinya mudah…
Kalau anda bukan seorang ahli dalam topik artikel yang akan anda buat, perbanyak waktu untuk membaca artikel-artikel lain yang sejenis. Kemudian gunakan metode KTP untuk membuat konten berkualitas.
Tahap riset ini sering dilewatkan oleh blogger.
Oleh karena itu, sayangnya, di Indonesia masih banyak sekali artikel-artikel yang tidak berbobot.
Salah satunya contoh berikut:
Artikel ini saya temukan di Google, topiknya adalah “cara meningkatkan produktivitas“.
Coba perhatikan isi artikel tersebut:
- Pengertian produktivitas
- Pentingnya produktivitas
- Bangun lebih pagi
- Miliki tujuan
- Belajar dari orang lain
- Hindari merasa kewalahan
- Ambil waktu beristirahat
- Berdoa sebelum bekerja
Mari kita bedah artikel tadi (tanpa bermaksud menjelekkan penulisnya):
- Orang yang ingin informasi untuk meningkatkan produktivitas sama sekali tidak perlu diberi penjelasan mengenai pentingnya dan pengertian dari produktivitas, mereka pasti sudah paham
- Poin ke-3 sampai 8 ini semuanya merupakan informasi yang mestinya sudah diketahui oleh sebagian besar manusia tanpa perlu dijelaskan, terutama poin 5
- Terlalu abstrak, tidak ada satupun langkah nyata yang bisa dilakukan oleh pembaca saat itu juga untuk benar-benar meningkatkan produktivitas
Mari kita bahas lebih lanjut.
Jenis artikel yang umum di internet ada 2, yaitu: informasi atau panduan.
Kalau artikel berupa panduan, isinya harus benar-benar bisa menjadi panduan…
…bukan sekedar bacaan.
(Contoh artikel tadi mestinya sih panduan)
Jadi, artikel panduan yang baik isinya dapat digunakan sebagai pedoman pegangan ketika pembaca akan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan artikel tersebut.
Misalnya:
- Resep makanan yang bisa langsung dilakukan ketika mereka memasak
- Panduan membeli HP bekas yang bisa dijadikan panduan ketika membeli HP bekas
- Cara meningkatkan produktivitas kerja yang bisa langsung dilakukan untuk meningkatkan produktivitas
Kembali ke contoh artikel di atas.
Setelah membaca isi artikel tersebut kira-kira apa yang dilakukan pembaca?
Apakah produktivitas mereka meningkat?
Saya rasa mereka langsung menutup tab browser tanpa melakukan apapun yang bisa meningkatkan produktivitas, kemudian langsung lupa isinya dalam 10 menit.
Satu hal lagi yang perlu anda ingat:
Artikel berbobot selalu lebih panjang, tapi artikel yang lebih panjang belum tentu berbobot
Ada kesalahan fatal yang sering dilakukan oleh penulis konten, yaitu menulis terlalu banyak basa-basi karena ingin mendapatkan jumlah kata tertentu.
Ini gara-gara orang bilang artikel panjang = bagus untuk SEO. Tapi yang penting sebetulnya bukan panjangnya, tapi bobotnya.
Berikut 2 contoh komposisi artikel:
- Artikel A hanya dibuat untuk sekedar mencapai jumlah kata tertentu tanpa memberikan manfaat
- Artikel B dibuat untuk mengedukasi. Melalui proses riset dan perencanaan yang mendetail sehingga hasilnya “berdaging”
Untuk membuat artikel B anda mau-tidak-mau harus menjadi ahlinya dalam topik yang anda angkat, kalau tidak maka anda akan menghasilkan artikel A.
Karena itulah sebaiknya lakukan riset sebelum menulis artikel.
Tapi bagaimana kalau topiknya cuma bisa dibahas singkat?
Jangan dipanjang-panjangkan.
Topik sangat berpengaruh dengan panjang artikel. Kalau topik yang anda pilih memang sempit, maka artikelnya memang akan jadi pendek.
Jangan paksakan topik yang sempit jadi panjang.
Atau kalau bisa, pilihlah topik yang memang bisa dibahas jadi panjang. Karena rata-rata memang artikel panjang mendapatkan hasil yang lebih bagus di search engine:
Diatas adalah gambar penelitian yang menunjukkan bahwa artikel di halaman 1 Google saat ini rata-rata panjangnya melebihi 2000 kata.
6. Temukan dan gunakan keyword LSI
Kita masuk ke teknikal SEO.
Karena pada dasarnya kita membahas artikel SEO, ini salah satu tips paling ampuh untuk membuat keyword yang bisa mendapatkan peringkat tinggi.
Ini ‘obat’ buat anda yang terlalu terobsesi dengan SEO. Ada 2 manfaat menggunakan keyword LSI:
- Mendapatkan peringkat untuk berbagai long tail keyword
- Meningkatkan relevansi & rangking untuk keyword utama
…apa sih LSI?
Singkatnya, LSI (Latent Semantic Index) adalah fitur yang diadopsi oleh mesin pencari supaya bisa mengerti maksud dari artikel.
Misalnya “Apple”.
Istilah Apple bisa ambigu antara buah atau nama perusahaan, tapi mesin pencari mampu membedakan mana yang buah dan mana yang perusahaan dengan cara membaca kata-kata yang mengelilingi kata utamanya.
Tapi apa hubungan LSI dengan SEO?
Daripada menggunakan teknik SEO jaman dulu, dimana kita mengulang-ulang keyword untuk mencapai persentase tertentu, manfaatkan LSI untuk memberitahu mesin pencari bahwa artikel kita relevan dengan yang diinginkan user.
Hasilnya, peringkat anda akan jadi lebih baik.
Teknik ini juga jadi lebih ampuh daripada SEO jadul (keyword density) karena kita tidak melakukan banyak pengulangan kata kunci yang sama.
Tidak hanya itu.
Anda juga akan mendapatkan rangking untuk berbagai variasi keyword LSI.
Mencari keyword LSI tidak sulit. Lakukan pencarian di Google dengan keyword utama anda.
Dalam contoh ini saya gunakan “belajar gitar”. Scroll ke bagian bawah. anda akan menemukan ini:
Inilah berbagai variasi LSI yang bisa anda gunakan.
Yang perlu anda perhatikan sekarang adalah penggunaannya. Ingat…kita membuat artikel yang human-friendly, karena itu jangan menggunakan keyword ini sembarangan.
Kalimat-kalimat anda harus alami, menggunakan tata bahasa yang baik.
Anda juga tidak perlu menggunakan keyword-keyword ini secara persis “belajar gitar klasik”, “belajar gitar pemula”, dan lain-lain.
Menggunakan sebagian saja sudah cukup, yang penting masuk akal.
7. Lakukan pemeriksaan tata bahasa dan ejaan
Kedengarannya sangat sepele, tapi sebetulnya sangat penting…
…apalagi karena di Indonesia kita sangat jarang menggunakan bahasa baku dalam kehidupan sehari-hari.
Akibatnya, bahkan di situs-situs berita pun banyak terjadi kesalahan.
Sepele memang, tapi ketika terjadi kesalahan penulisan maka artikel anda langsung mendapatkan kesan tidak profesional. Ini berbahaya.
Bayangkan kalau anda mengunjungi sebuah website yang menjual produk seharga Rp 10juta, tapi ternyata di kontennya banyak terdapat kesalahan penulisan.
“Gimana mau dianggap serius, nulis aja nggak becus.”
Masalahnya lagi:
Untuk artikel berbahasa Indonesia kita belum punya software yang mampu memeriksa kesalahan tata bahasa (grammar). Hanya ejaan yang bisa kita periksa.
Jadi satu-satunya solusi yaitu memeriksa secara manual. Lakukan tahapan seperti berikut:
- Tulis artikel anda sampai selesai tanpa melakukan pemeriksaan
- Baca artikel anda dengan suara (bukan dalam hati)
- Perbaiki setiap kalimat yang terdengar janggal ketika diucapkan
Ada 2 alasannya…
Pertama, karena kalau anda membaca dalam hati maka kesalahan-kesalahan kecil akan terlewatkan.
Kedua, saya yakin ini pasti terjadi, di artikel anda akan muncul BANYAK kalimat-kalimat yang terdengar aneh ketika diucapkan. Keanehan ini baru akan muncul kalau artikelnya dibaca dengan suara.
Ketika membaca, bayangkan anda sedang presentasi di depan umum atau sedang bercerita dengan teman anda (tergantung jenis artikelnya).
8. Lakukan optimasi on-page SEO lainnya
Lho katanya lupakan SEO, kok bahas SEO lagi?
Saat menulis, lupakan SEO. Tapi optimasi on-page SEO ini kita lakukan SETELAH artikel selesai ditulis.
Lupakan SEO saat menulis, ingat SEO lagi saat selesai menulis.
Proses SEO ini tidak lama, paling-paling hanya memakan waktu 1 menit. Tapi banyak orang yang terlalu pusing dengan ini dan mengabaikan yang lebih penting di atas.
Maka dari itu, ini saya bahas di akhir.
Meta description
Meta description terkadang akan muncul di hasil pencarian sebagai ringkasan artikel anda. Ini bisa meningkatkan klik ke website anda apabila dimanfaatkan dengan tepat.
Hati-hati:
Kesalahan terbesar dalam penulisan meta description adalah menumpuk terlalu banyak keyword.
Sebetulnya tidak perlu menyertakan keyword….
…tapi kalau anda memang ingin menulis keyword, jangan lebih dari 1.
Yang terpenting adalah teknik penulisannya bagaimana anda bisa mengundang calon pembaca untuk mengunjungi website anda.
URL
Umumnya URL website akan muncul secara otomatis, dibuat sama dengan judul artikel anda. Tetapi beberapa orang (seperti saya) lebih suka menggunakan URL yang dimodifikasi.
Tips dalam penulisan URL:
- Mengandung keyword utama
- Tidak terlalu panjang
- Usahakan tidak mengandung preposisi
Artikel tanpa gambar itu membosankan.
Jangan mentang-mentang karena menulis artikel, lantas anda merasa tidak perlu menyertakan gambar. Entah karena malas atau alasan lain.
Jangan pula sekedar untuk penghias. Gambar dalam artikel untuk menerangkan konsep yang susah dijelaskan hanya dengan tulisan.
Melihat lebih jauh, ini manfaat gambar dalam artikel:
- Tingkat bacaan jadi lebih tinggi (artikel dibaca lebih jauh)
- Share ke FB dan Twitter meningkat 216% dan 110%
- Jumlah retweet meningkat 35%
- Jumlah share di Facebook meningkat 85%
Link ke halaman lain dan ke website lain
Apabila memungkinkan, sertakan internal link ke artikel lain yang berhubungan dengan topik artikel yang sedang anda tulis karena akan meningkatkan struktur website.
Selan internal link, link ke website lain juga sangat penting.
9. Sekarang saatnya mencari pembaca / Visitor
Banyak penulis artikel website yang merasa setelah menekan tombol ‘publish’ maka tugasnya selesai.
Belum, tantangan sebetulnya baru akan dimulai.
Di hari yang sama ketika anda menerbitkan artikel, ada jutaan artikel lain yang juga diterbitkan.
Artikel anda tidak akan ditemukan kalau tidak dipromosikan.
Kalau tidak ada manusia yang membaca, maka Google tidak akan tahu kualitasnya sehingga artikel anda tidak akan mendapatkan peringkat tinggi.
Jadi jangan puas dulu setelah menerbitkan artikel.
Tidak cukup membuat konten yang berkualitas kemudian ditinggalkan begitu saja. Anda harus mendistribusikan artikel yang sudah anda tulis barusan.
Bahkan website yang sudah sukses pun secara konsisten mempromosikan kontennya. Distribusi yang tepat akan meningkatkan jumlah pengunjung anda hingga berkali-kali lipat.
Ada beberapa tips mendasar yang bisa anda lakukan untuk memasarkan konten:
- Beritahukan orang lain di jejaring sosial dan situs komunitas (forum). Jangan spam, lakukan hanya kalau ada yang membutuhkan info terkait
- Pasang tombol share di setiap artikel untuk mempermudah pembaca sharing artikel
- Beritahukan ke akun Twitter yang membahas topik serupa
Masih ada yang lainnya, baca panduan 13 teknik mempromosikan konten yang lebih lanjut.
Sumber Referensi