Aku memang sangat mengharapkan kehadiran sosokmu, namun aku sabar memendam rasa cinta ini dan akan mempersembahkannya di ujung penantian nanti. Kamu tidak perlu ragu… Meskipun tanpa terbumbui oleh manisnya kata, namun dengan bahasa kalbu ini aku masih tetap mampu mengejanya.
Tenangkan dirimu… aku sabar mendekap keindahanmu memudarkan dunia, meski rasanya jarum jam begitu lama memutar detik-detik penantian ini. Kau juga tidak perlu meragukan kekuatan dan kejelianku. Karena meski dengan terbata aku tetap mampu menerjemahkan alunan nada cinta yang selama ini berdegup kencang di dadaku.
Yang perlu kamu tahu, secerdik apapapun kau menyimpan keindahan tersebut, keindahan tersebut tetap akan terpancar dari perangai dan akhlak yang kau miliki. Dari situlah muncul pioneer-pioneer cinta yang memenuhi hati dan perasaanku.
Bagiku cinta itu obyektif, yang tidak memandang siapa kamu, apa kedudukan dan pangkatmu serta seberapa banyak hartamu. Aku tidak mengharap cinta yang subyektif dengan deretan kriteria yang bermacam-macam. Kamu yang bersahaja dengan akhlak muliamu rasanya cukup bagiku.
Ketahuilah…meski seberapapun gemerlap dunia menyilaukan mata dengan keelokannya yang tak tertandingi, keindahan yang terpancar olehmu layaknya cahaya indah yang tak sanggup tersaingi oleh apapun. Semua keglamouran tersebut serasa runtuh saat disandingkan dengan pesonamu. So, jangan minder ya, karena kasih yang tersimpan dalam dada ini sudah cukup bagiku.
Maaf nih… untuk kamu yang secara tidak langsung membaca curhatan ini. Aku cuma ingin kamu tahu bahwa saat ini aku hanya bisa memanjatkan kerinduan akan hadirmu kepada Rabb kita. Lalu dalam renunganku, ku bayangkan sebuah hari dimana aku memulai start dengan kebahagiaan yang tanpa finish. Siapa lagi kalau bukan dengan mu… Iya dengan keindahanmu memudarkan dunia yang kau miliki.
Aku 100% yakin jika keindahanmu yang memancarkan cahaya berselimut malu, kamu pasti sedang salah tingkah sambil senyum-senyum sendiri. Karena dibalik itu semua sedang ada pertempuran sengit yang berkecamuk dalam dirimu untuk menaklukkan rasa malu. Aku hanya ingin meminta tolong,,,jika kamu sudah siap nanti jangan tunggu lama untuk menepuk pundakku dalam lamunanku.
Sebenarnya,,,Ada satu hal yang menggelisahkanku dan sebenarnya tidak boleh ada dalam jiwaku. Ialah rasa takut jika kau ternyata tidak mau menerima kehadiranku. Jika itu yang terjadi, cukuplah keindahanmu yang memancarkan cahaya kasih itu ku simpan dalam lubuk hati terdalam. Ku tawakkalkan semua harap, rindu dan cinta ini dalam keindahan suratan takdirNya.