"Kau dan aku menyusuri jalan berliku..Kerikil tajam sakiti kedua kaki ku..Angin dingin menusuk tubuhmu..Akankah kita berhenti sampai disini..Ataukah kita saling melengkapi..Dimana aku ciptakan kehangatan api.."Dan kau menyemat kain menjadi alas kaki.." - Roman Picisan
"Pak..
Walaupun kata-katamu kasar
Ku tau kau berhati besar
Pak..
Aku janji padamu
Peluh keringatmu
Akan ku balas dengan semangatku
Air matamu
Akan kubayar dengan prestasiku
Tak berani ku janjikan gunung padamu
Tapi ku pastikan, ku takkan buatmu malu" - Roman Picisan
"Aku berbuat baik..
Tapi mereka menghakimi..
Aku sadar ini adalah ketentuan Tuhan..
Yang sedang mengajarkanku keikhlasan..
Ya Allah..
Jika ini memang ujian darimu
Kuatkanlah aku
Jangan biarkan imanku jauh..
Hanya karena setitik pedih darimu" - Roman Picisan
"Aku takut menyayangimu
Tapi aku sayang
Aku takut jatuh cinta padamu
Tapi aku makin cinta
Kini ku takut kehilanganmu
Tapi kau tak hilang
Terima kasih bidadari
Terima kasih wulandari" - Roman Picisan
"Ku pijak tanah ternyata duri..
Saat ku rasakan ujian ilahi..
Namun ku lihat senyum sang putri disana..
Begitu penuh pesona..
Menarik luka yang ku rasa..
Tuhan..
Biarlah ku tanggung semua beban dan derita..
Asal tetap ku lihat senyuman bidadariku disana.."
"Keindahan ini sedang indah-indahnya
Membuatku bertanya-tanya..
Apakah ini nyata..
Atau hanya halusinasi mata..
Yang ku mampu lakukan hanya berdo'a..
Agar Tuhan..
Selalu menjaga aku dan rasa..
Kamu dan cinta..
Menjaga romansa..
Milik kita.." - Roman Picisan
"Saat aku jatuh terpuruk tak berdaya"Dulu..
Persahabatanku ku agungkan di nadiku
Tekadku ada di pundak mereka
Harapanku kokoh
Dalam genggaman mereka
Keharuan mana yang bisa ku dustakan
Melihat ketulusan yang tak terbantahkan
Semangat mereka begitu membara
Mencari keadilan yang tak bermuara" - Roman Picisan
Waktu kau anggap musuh
Karna berputar teramat lambat
Namun sejak mengenalmu
Waktu berputar kian cepat
Bagai melayang
Seperti hatiku yang bahagia
Hingga ku merasa seakan terbang"
"Ini tentang aku yang berusaha bertahanSaat kabar itu menghujam kepastianApa yang harus aku lakukan?Saat bidadariku terbang dengan seseorangTapi tidak,Peri cintaku tak mungkin hilangKarena wanginya kan slalu ku pegangTak peduli langit berguncangWulandari..Ku mohon padamuJangan buatku merasa terbuang" - Roman Picisan
"Tuhan..
Pedih ini mengoyak hati
Karena kurobohkan kebanggaan bapak
Menjadi luluh lantak
Bulan purnamaku pun
Di balik awan tak nampak
Tuhan..
Teguhkan hati ini
Agar ku raih lagi senyuman
Di wajah bapakku
Dan tetap jalani romansa
Dengan bidadariku" - Roman Picisan
"Ini benar nyata bagikuSaat sendu tak lagi berlabuSaat awan tak lagi kelabuSaat haru menyeruak di kalbuTuhan..Tak sedikitpun ingin ku berpalingDari duka yang kian hebatYakinku tetap tak tertandingPertolonganmu tak pernah datang terlambat" - Roman Picisan
"Ku pikir..
Bahagia sudah ku raih..
Tapi ku jatuh lagi karena ketidakpastian..
Tuhan..
Jangan biarkan debu halangi langkahku..
Jangan biarkan angin bawa mimpiku..
Biarkan aku rengkuh banggaku..
Agar mamak dan bapak tersenyum haru.." - Roman Picisan
"Pak..Kau setangguh beruang..Sekeras batu karang..Kau sering buatku takut..Kau buat hatiku ciut..Tapi..Hari ini ku lihat air matamu..Kau hadirkan kata maafmu..Sekejap kau telah menyatukan retak..Menyiram hati yang luluh lantak.." - Roman Picisan
"Saat ku buat orang tuaku bangga..
Tapi nyatanya..
Separuh rasaku tersiksa..
Saat kulihat bidadariku terluka..
Wahai bulan purnama
Janganlah berurai air mata
Jangan biarkan pesona senyumu tiada
Karena kau buatku tak berdaya" - Roman Picisan
"Mak..Kau peri dunia terindahCintamu tercurah..Kasih sayangmu melimpah..Pak..Kau satria berkuda paling sakti..Pengorbananmu terperiSeluruh tenaga kau beriDemi cemerlangnya masa depanku nantiTerima kasih mak..Terima kasih pak.." - Roman Picisan
"Wahai bidadariku..
Niat menyakitimu tak pernah tersirat..
Salah paham pun tak pernah ingin ku ikat..
Terimalah maaf yang tulus ku semat..
Dari hati yang kini tengah bermunajat..
Duhai bulan purnama..
Jangan biarkan ikrar cinta kita rusak..
Karena ego yang kian sesak..
Lepaskan prasangka yang merangkul sedihmu..
Karena sedihmu..
Mengoyak jiwaku.." - Roman Picisan
"Ya Allah..Terima kasihAtas berkah dan nikmatyang sudah kau berikan pada kamiJangan jadikan kami orang-orang yang sombongKarena semua kemurahan yang kau berikan itu Ya Allah..Tapi jadikanlah kami orang-orang yang selalu bersyukur kepadaMuJagalah kami Ya Allah.Agar selalu berada di jalan yang kau RidhoiTerutama anak kami RomanLindungilah selalu dia Ya AllahBimbinglah langkahnya dalam mencapai cita-citanyaJauhkan dia dari segala mara bahayaDan sucikanlah hatinyaAgar dia selalu menjadi orang yang takut akan engkau Ya Allah..Terima kasih Ya Allah.." - Bapak
"Bidadariku kini tersenyum lagi
Bulan purnamaku kini merona kembali
Andai ku punya kuasa waktu
Akan ku biarkan waktu menjadi beku
Wahai bidadari berwajah jelita
Tetaplah kau tebar wangi cinta
Jangan biarkan malammu pergi
Karena pesona bulan purnamamu
Akan selalu ku nikmati" - Roman Picisan
"Ini cerita kita..Tentang rasa yang sederhana..Romansa yang inginkan bahagia..Namun..harus terbentur nestapa..Mungkin..kita memang harus berpeluh..Namun ku harap kau tak mengeluh..Agar cinta ini tetap mulia..Dan kantungi restu..dari mereka..yang kita cinta.." - Roman Picisan
"Aku dan kamu ada di titik beda yang nyata
Tapi aku tau..
Kita bisa menyatukan rasa bersama..
Biarlah perbedaan itu ada..
Agar kita selalu bicara..
Bercerminlah pada pelangi..
Meskipun banyak warna tapi selalu bersama" - Roman Picisan
"Jangan tanya kenapa kami bersembunyi..Kami pun tak ingin begini..Jangan mencemooh kenapa kami berlari..Sebenarnya kami ingin tampilkan diri..Kami terpaksa..Kami pun terluka..Tapi kami tak lupa berdo'a..Agar hubungan ini bisa nyata.." - Roman Picisan
"Bulan purnama..
Janganlah wajahmu muram..
Jangan biarkan sinarmu jadi temaram..
Kupastikan padamu aku baik-baik saja..
Luka ini bukanlah derita..
Karena nestapaku hanyalah satu kata..
Kehilanganmu" - Roman Picisan
"Tuhan izinkan ku berteriak..Karena kau berikanku keberhasilan mutlak.Bulan purnama, terimalah kemenanganku..Yang ku persembahkan hanya untukmu..Ku percaya ini bukan hebatku..Tapi karena pertolongan dari Tuhanku..Tuhan kita.." - Roman Picisan"Apa yang sudah kukatakan?
Dengan pongah aku bicara kejujuran..
Padahal aku menyimpan kebohongan..
Sembunyikan romansa dengan bidadariku..
Biarkan purnamaku tertutup awan..
Karena mengakuinya mengundang amarah,
Menghujamkan luka, di hati orang-orang
Yang kami cinta.." - Roman Picisan
"Apa salahku?Kenapa kebersamaan kami selalu diganggu..Kenapa masalah datangMencuri kebersamaan dalam waktu..Jangan pergi bidadarikuJangan biarkan ku sendiri tersedu.." - Roman Picisan
"Pak, harusnya kau kukagumi..
Sepatutnya kau kuidolakan..
Tapi justru kau hujani kami dengan pukulan..
Kau rampas senyum menjadi tangisan..
Pak, kau imam dalam rumah tangga..
Tapi kenapa kau harus membuat kami
Tak berdaya.. " - Karin
"Yang ku tahu aku cinta..Tapi kau anggap teman saja..Yang ku rasa ada getar jiwa..Tapi kenapa kau tak merasa..Haruskah aku teriakan rasa..Ataukah..Aku harus memendam selamanya.." - Karin
"Jangan minta ku ikat hatimu dengan benda
Karena ku ingin mengikatnya dengan cinta
Cincin itu memang menawan
Tapi cintaku lebih mendalam
Akan kuganti hikayat cintaku dengan umpama
Karena cintaku..
Jauh lebih sempurna" - Roman Picisan
"Kami masih disiniMenanti walaupun tak pastiHarapkan restu orang tua menghampiriHilangkan semua keraguan hatiDukunglah kami wahai semestaLindungi perjuangan iniSang Maha PenciptaAgar restu ini nyataAgar cinta ini dapat terjaga" - Roman Picisan
"Badai besar itu datang tanpa ku undang..
Asaku luluh lantak..
Saat kulihat bidadariku marah..
Pondasi cintaku pun runtuh dalam sekejap..
Menyisakan puing penyesalan yang mendalam..
Wahai bidadariku..
Dengarlah harapan dari sisa keyakinanku..
Ku ingin cinta kita sekuat karang..
Jangan biarkan rindu terkikis..
Jangan biarkan harapan kita menipis.." - Roman Picisan
"Aku benci dengan nada tunggu di hp ku..Membiarkanku dalam ketidakpastian..Merebakkan kepedihan tanpa kepedulian..Bidadariku..Jawablah panggilanku..Jangan menggantungku untuk mendengar suaramu..Ku rindu dengar kau sebut namaku..Ku nestapa tak mendengar tawamu.." - Roman Picisan
Inilah puisi pada sinetron roman picisan terbaru untuk anda dan kalau anda menginginkan puisi roman picisan yang di lengkapi gambar silakan anda kunjungi gambar pusi roman picisan. Terima kasih atas kunjungan anda dan silakan share untuk membantu perkembangan blog sederhanan ini.