Merupakan salah satu penyedap rasa alami, terdapat pada bahan makanan yang biasanya mengandung glutamat seperti misalnya tomat, jamur, keju, daging dan kecap. Selain itu, glutamat juga diproduksi oleh tubuh kita sendiri, contohnya saja di dalam ASI. Memang, glutamat dalam kemasan micin bukan dihasilkan secara alami melainkan menggunakan mesin di pabrik. Tapi jangan salah sangka dahulu, penyedap rasa micin dalam kemasan, biasanya diproduksi dari tetes tebu atau tepung tapioka, yang produksinya sendiri dijalankan melalui fermentasi mikroba.
Fermentasi dengan mikroba adalah metode yang umum digunakan untuk mengolah makanan seperti tempe, keju, dan tape. Jadi dari segi bahan baku dan proses pembuatannya, micin aman untuk dimakan. Meski terdengar tidak berbahaya, tapi tetap saja akan menjadi berbeda jika dikonsumsi berlebihan. Oleh karena itu, WHO sudah menetapkan batas aman konsumsi micin per harinya. Menurut WHO, micin akan aman dikonsumsi jika tak melebihi 6 gram per hari. Sementara, Menkes RI merekomendasikan batas aman micin sebanyak 5 gram.
Lalu berapakah rata-rata orang Indonesia dalam mengkonsumsi micin? Ternyata, per harinya orang Indonesia hanya mengkonsumsi sebanyak 0,65 gram. Jauh di bawah dari batas maksimal yang ditentukan. Jadi sebenarnya peluang kita untuk mengkonsumsi micin berlebihan kecil sekali. Dalam sebuah wawancara, ahli gizi dari University of Sydney, Leona Victoria Djajadi, mengungkap hal yang sama. Ia mengatakan jika mengkonsumsi micin tak akan membuat seseorang menjadi bodoh.
Hmm, bagaimana menurut kalian? Jelasnya boleh saja mengkonsumsi micin, akan tetapi tetap jaga agar tidak berlebihan karena dapat menimbulkan afek negatif tertentu bagi tubuh Anda ya. (*)
🔙 Sebelumnya